Kimi no Na wa
Setelah lihat banyak berita mengenai lakunya “Kimi no Na wa,” pastinya kalian makin penasaran dengan film terbaru dari Makoto Shinkai
ini. Bahkan mungkin ada di antara kalian yang meminta beberapa bioskop
di Indonesia untuk menayangkan film ini agar bisa dinikmati dalam layar
besar.
Mungkin di antara kalian yang sadar bahwa saya menghilang selama 2
pekan kemarin. Selama 2 pekan kemarin, saya pergi ke Jepang untuk
meliput Tokyo Game Show 2016, menonton konser Nana Mizuki, dan juga
menikmati berbagai keindahan dan makanan Jepang. Tentunya saya
menggunakan kesempatan ini untuk menonton Kimi no Na wa yang laku keras di Jepang.
Kisah Khas Makoto Shinkai
Dari sinopsis saja, kalian bisa tahu bahwa Kimi no Na wa menghadirkan cerita khas Makoto Shinkai tentang sepasang remaja laki-laki dan perempuan yang sulit untuk bertemu. Kimi no Na wa
mengisahkan Taki yang tinggal di Tokyo dan Mitsuha yang tinggal di
suatu desa. Ketika tidur, kadang tubuh mereka berdua tertukar. Hal ini
membuat kehidupan mereka pun menjadi kacau karena kelakuan yang berbeda
ketika bertukar tubuh. Karena itu, mereka berdua pun berjanji untuk
mencatat seluruh kegiatan demi menjaga kehidupan mereka masing-masing.
Sebisa mungkin saya tidak ingin memberi spoiler agar kalian
bisa menonton film ini dengan puas. Dari segi durasi, film ini cukup
panjang yaitu berdurasi 1 jam 46 menit. Durasinya lebih panjang dari Kumo no Mukou, Yakusoku no Basho dan lebih pendek dari Hoshi wo Ou Kodomo. Meski begitu, Makoto Shinkai sepertinya sudah belajar dari film-film yang dia kerjakan sebelumnya. Meski durasinya panjang, pacing kali ini jauh lebih baik sehingga membuat penonton tidak bosan.
Meski kali ini durasinya cukup panjang, Shinkai menggunakan seluruh
waktunya dengan efisien untuk membuat kalian menjadi lebih dekat dengan
Taki dan Mitsuha. Ceritanya pun disampaikan dari masing-masing sisi
karakter, jadi kalian tahu bagaimana kehidupan di sekitar masing-masing
karakter utama dan bagaimana pertukaran tubuh mulai mempengaruhi
kehidupan sehari-hari mereka.
Berkat ini, Kimi no Na wa benar-benar menghadirkan cerita
yang lebih baik karena Shinkai menghabiskan waktu lebih banyak untuk
kedua karakter utama sehingga penonton menjadi lebih peduli dengan
keduanya dan penasaran bagaimana nasib mereka berdua di akhir film ini.
Penanganan karakter dan pacing cerita yang lebih baik ini membuat Kimi no Na wa menjadi lebih baik dibandingkan film-film Shinkai sebelumnya. Karya-karya Shinkai yang paling dikenal adalah Hoshi no Koe, Byousoku 5 cm, dan Kotonoha no Niwa. Ketiganya lebih sukses karena berdurasi lebih pendek yang sudah biasa ditangani oleh Shinkai. Sedangkan untuk Kumo no Mukou, Yakusoku no Basho dan Hoshi wo Ou Kodomo
kurang begitu terkenal. Menurut saya pribadi, masalah yang ada dalam
kedua film itu adalah penggunaan waktu yang kurang efisien untuk membuat
kita peduli dengan karakter-karakternya.
Kualitas Animasi yang Tidak Perlu Diragukan
Selain cerita yang bikin kalian galau, anime yang dikerjakan oleh Makoto Shinkai selalu berupa eye-candy. Tentu Kimi no Na wa menghadirkan animasi yang sangat indah. Meski tema kali ini bukan hujan seperti di Kotonoha no Niwa, Kimi no Na wa
masih menghadirkan adegan hujan yang sangat menakjubkan. Gerakan
karakter pun sangat mulus, terutama pada saat adegan yang berhubungan
dengan Mitsuha dan desanya.
Meski sudah menghadirkan animasi yang indah, detil gambar pun tidak
dilupakan. Masing-masing adegan terlihat dengan jelas dan kalian bisa
mengenali seluruh obyek dengan mudah. Bahkan, pada saat di bagian akhir
film-nya, teman saya yang ikut nonton mengenal daerahnya yang katanya
berada di dekat kantornya di Jepang.
Kenapa film ini bisa sangat laku di Jepang? Ternyata setelah menonton film ini saya jadi mengerti. Hype-nya
sendiri pun tidak bohong. Pada awalnya, saya dan teman-teman ingin
menonton siang hari atau malam, tetapi ternyata sudah penuh. Jadi
terpaksa harus menonton jam pertama yaitu pada pukul 09:40. Meski jamnya
masih pagi, ternyata penayangan pada jam pertama pun dipenuhi oleh
penonton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar