Ulasan Anime: Detective Conan-The Crimson Love Letter
Aksi detektif cilik Conan Edogawa dan
rekan-rekannya kembali hadir di film animasi layar lebar terbarunya yang
hadir di Indonesia, yakni Detective Conan-The Crimson Love Letter. Film yang disutradarai oleh Kobun Shizuno serta diproduksi di TMS Entertainment ini merupakan film ke-21 seri Detective Conan.
Film ini baru mulai diputar di bioskop Jepang pada tanggal 15 April
2017 dan akan tayang di Indonesia mulai hari ini 7 Juni 2017 di jaringan
bioskop CGV Cinemas, Cinemaxx, dan Platinum Cineplex.
Film
ini akan berfokus pada kisah asmara Heiji Hattori dan Kazuha Toyama dan
mengambil latar di Osaka yang merupakan kota tempat tinggal Heiji. Film
ini juga akan menghadirkan karakter Momiji Ooka, sosok juara Karuta
yang merupakan saingan cinta Kazuha yang baru saja hadir di komik
Detektif Conan edisi terbaru.
Film
dimulai dengan kasus pengeboman di TV Nichiuri pada musim gugur saat
pengambilan gambar untuk acara TV mengenai kompetisi Karuta, Piala
Satsuki. Piala Satsuki, yang merupakan mahkota pemenang Hyakunin Isshu Jepang,
saat ini sedang difilmkan di dalam fasilitas tersebut. Kejadian
tersebut menyebabkan keributan besar dan sementara bangunan itu terbakar
menjadi abu, satu-satunya orang yang tertinggal di dalamnya adalah
Heiji Hattori dan Kazuha Toyama. Mereka diselamatkan tepat pada waktunya
oleh Conan, yang bergegas ke tempat kejadian. Baik identitas pelaku
maupun tujuan pemboman tidak diketahui.
Ketika kekacauan terjadi akibat ledakan tersebut, Conan bertemu
seorang gadis cantik misterius bernama Momiji Ooka yang mengklaim dirinya adalah tunangan Heiji. Ooka adalah juara Karuta tingkat SMA di Kyoto. Dan takdir membawa Kazuha harus berhadapan dengan Momiji dalam kompetisi Hyakunin Isshu. Karena itu dimulailah latihan intensif Karuta bersama Shizuka, ibu Heiji, yang merupakan mantan Queen Karuta.
seorang gadis cantik misterius bernama Momiji Ooka yang mengklaim dirinya adalah tunangan Heiji. Ooka adalah juara Karuta tingkat SMA di Kyoto. Dan takdir membawa Kazuha harus berhadapan dengan Momiji dalam kompetisi Hyakunin Isshu. Karena itu dimulailah latihan intensif Karuta bersama Shizuka, ibu Heiji, yang merupakan mantan Queen Karuta.
Di
lain tempat, tepatnya di sebuah rumah tradisional Jepang di Arashiyama,
Kyoto, juara bertahan Piala Satsuki telah dibunuh. Kartu-kartu Karuta
bertebaran dan berlumuran darah disekitar tempat kejadian perkara (TKP).
Conan dan Heiji bersama dengan kepolisian Osaka dan Kyoto bahu-membahu
menyelidiki kasus pembunuhan dan hubungannya dengan kompetisi Hyakunin Isshu tersebut.
Poin menarik dari film ini adalah tema
permainan kartu Karuta yang menjadi latar cerita dan kasus pembunuhan.
Kesuksesan film Chihayafuru tahun lalu boleh jadi menginspirasi Aoyama
Gosho untuk mengangkat tema yang sama pada film Conan terbaru ini. Tidak
seperti film-film Conan sebelumnya yang menampilkan ledakan
bangunan/jalan pada bagian klimaks film, kali ini ledakan gedung dan
jalan diletakkan di awal film sehingga langsung menggemparkan keseruan
menonton film. Sayangnya setelah kasus pembunuhan pertama, alur cerita
jadi melambat dan lebih berfokus pada kisah cinta Heiji-Kazuha-Momiji.
Momiji, sosok gadis cantik misterius juara Karuta, ini benar-benar
memukau. Dia mengaku pengantin Heiji di masa depan. Apakah hubungan
mereka sedekat itu? Anda harus menontonnya untuk mengetahuinya. Banyak
kejutan menjelang akhir cerita yang sayang untuk dilewatkan.
Berkaca
dari film-film Conan sebelumnya di mana kasusnya sulit dan membutuhkan
pemikiran ketika menontonnya, maka di film kali ini kasus pembunuhannya
dibuat lebih mudah dicerna dan ditebak siapa pelakunya. Kalau anda
teliti sejak pemboman di stasiun TV Nichiuri, disorot cincin sang
pelaku. Tentunya ini merupakan petunjuk penting untuk mengungkap siapa
pelakunya bukan.
Baca juga : Ulasan Anime: Detective Conan – Sunflowers of Inferno
Selain
itu, kisah percintaan antara Kazuha-Heiji-Momiji cukup membuat gregetan
seperti layaknya menonton kisah FTV di TV lokal. Yang pasti hal ini
memanjakan para penonton wanita. Satu lagi hal yang menarik di film ini
adalah penggunaan Kansai-ben (dialek Kansai) yang kental di hampir
setiap dialog antara Heiji-Kazuha-Momiji, Mikiko (teman Kazuha), Kensuke
Achiha (suami Satsuki), sampai Inspektur Heizo (Inspektur polisi Osaka)
dan Inspektur Ayanokoji yang menggunakan dialek Kyoto.
Kesimpulan
Detective Conan-The Crimson Love Letter
sepertinya lebih menampilkan sosok Heiji Hattori sebagai bintang utama,
di mana setting lokasi di daerah Kansai (Osaka dan Kyoto). Peran Conan
di sini lebih seperti asisten Heiji dalam mengungkap kasus pembunuhan
dan pemboman TV Nichiuri. Tapi menjelang pertengahan film, porsi Conan
bertambah sedikit walau akhirnya tetap ditutup dengan aksi heroik Heiji
menolong Kazuha melompati rumah yang terbakar melewati kepulan asap dan
tingginya tebing.
Ditambahnya elemen
permainan Karuta membuat film lebih menarik, tidak melulu kasus
pembunuhan dan kisah cinta komedi di film Conan pada umumnya. Jangan
beranjak sampai film selesai, karena ada epilog setelah credit title.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar